Menikah adalah keputusan yang paling berani dan paling 'nekat' yang pernah saya lakukan seumur hidup saya. Keputusan itu sempat membuat terkaget-kaget keluarga besar saya, orang-orang terdekat saya, sahabat-sahabat saya dan teman-teman saya baik teman dunia nyata maupun dunia maya :)
Ah, jangankan orang lain, saya sendiripun sempat terkaget ketika saya sadar saya memutuskan menikah dengan orang yang kurang dari 6 bulan saya kenal. Dengan komunikasi yang cukup intensif dan tatap muka alias bertemu langsung sebanyak dua kali. Lebih tepatnya cuma satu kali karena pertemuan pertama ketika dia datang kerumah saya dengan keluarganya, saya cuma melihat sekilas dan tidak sempat mengingat persis wajahnya apalagi ngobrol! Dan pertemuan kedua ketika kami 'sepakat' untuk menikah namun saya ingin 'memastikan' dulu bahwa dia adalah nyata bukan orang yang hanya saya kenal suaranya saja ;)
Dan, begitulah pertemuan ketiga kami ketika sudah di kantor KUA untuk mengikuti 'semacam ceramah ataupun nasehat' dari seorang ustadz tentang bagaimana berrumah tangga. Pertemuan keempat di mesjid ketika dia mengucapkan ijab kabul dengan papa saya. Pernikahan yang sangat-sangat instan! Sayapun masih terlongong-longong ketika saksi mengucapkan sah setelah dia dan papa saya selesai melaksanakan ijab kabul. W-O-W-! Saya istri seseorang sekarang! Saya akan memasuki dunia baru dan menghabiskan insyaallah sepanjang hidup saya dengan orang yang saya sebut suami yang sama sekali belum begitu saya kenal. Bahkan wajahnya masih terasa begitu asing bagi saya. W-O-W-! Saya benar-benar tidak bisa menggambarkan perasaan saya waktu itu, takjub, tidak percaya dan masih bertanya-tanya apakah saya salah mengambil keputusan ataukah saya sedang bermimpi?!
Saya orang yang sangat percaya dengan proses maksudnya dalam setiap keputusan ataupun hal-hal besar dalam hidup saya selalu saya timbang dengan matang, begitupun dengan rencana-rencana saya semuanya berjalan dengan proses yang memakan waktu yang cukup lama tidak bisa instan! Dan satu-satunya hal yang instan dalam hidup saya adalah menikah dengannya!
Namun, saya tidak pernah menyesalinya. Saya bersyukur saya 'keluar dari jalur normal' saya ketika memutuskan menikah dengannya karena saya percaya kami menikah dengan tujuan yang sama yaitu karena kami memang ingin menikah. Bukan karena cinta, bukan karena -aku tidak bisa hidup tanpamu, ataupun hal2 sentimentil lainnya. Kami memutuskan menikah karena kami ingin melanjutkan hidup dengan seseorang yang bersedia untuk selalu memenami, mendukung dan berkompromi dalam suka dan duka.
Barangkali lantas timbul pertanyaan apakah saya mencintai suami saya? Bohong kalau saya bilang saya mencintainya, karena saya percaya cinta tidak mungkin bisa tumbuh dalam waktu yang sangat singkat 6 bulan apalagi kami cuma bertemu sekali. Tapi saya tidak bisa memungkiri kalau saya jatuh suka dengan dia. Pandangan-pandangan hidupnya, cara bicaranya, rencana-rencana masa depannya dan hal-hal lain yang tidak bisa saya jelaskan yang entah kenapa bisa membuat saya yakin kalau saya ingin menikah dengannya. Ajaib!
Bahkan, saya rela meninggalkan pekerjaan yang sangat saya cintai
(sebenarnya tidak juga karena adakalanya saya jenuh dengan pekerjaan saya yang hampir menyitua seluruh waktu dan energi yang saya punya!) dan mau berkompromi untuk ikut dengannya karena kami berdua bukanlah penganut 'menikah-jarak-jauh- yang belakangan ini sepertinya sudah merupakan hal yang biasa. Ah, bagaimana pula saya bisa menjalani -menikah dengan orang yang belum begitu saya kenal dan setelah menikah tinggal berlainan kota pula-. Alangkah rumitnya!
O,ya tidak perlu saya ceritakan bagaimana lucunya ketika pesta telah usai ;) cuma 3 hari setelah menikah saya langsung diboyong ke kota ini. Ada bagusnya juga jauh dari orang tua kami masing-masing. Kami bisa merancang sendiri rumah tangga seperti apa yang akan kami bangun. Tanpa perlu ikut campur tangan keluarga saya ataupun keluarganya. Bukannya menepikan arti keluarga besar tapi untuk urusan yang satu ini kami sepakat untuk mandiri dan berangkat dari nol :). Alhamdulillah menemukan orang sepertinya untuk merancang masa depan.
Sekarang pernikahan kami sudah berjalan hampir 8 bulan, selama itu alhamdulillah semuanya berjalan lancar dan lebih banyak lucunya. Ah, barangkali seperti pacaran setelah menikah ;) Dan seperti proses yang selalu saya yakini ternyata cinta bisa tumbuh karena kebersamaan. Bersama melewati masa-masa pengenalan pribadi masing-masing, kebiasaan-kebiasaan masing-masing, dan bersama melewati saat-saat yang berat dalam pernikahan kami.
Oh, ya saya hampir 'menjadi' seorang ibu dan kami hampir menjadi orang tua namun ternyata Allah punya encana lain. Beberapa hari sebelum ulang tahun kami berdua yang sama-sama jatuh pada bulan Juli kemarin calon bayi kami terpaksa diangkat karena 'kurang baik' menurut dokter. Ah, kado yang yang sangat spesial dari Allah. Kami terpuruk dalam kesedihan namun tidak larut. Toh, lewat 'kado spesial' itu Allah membukakan hati dan menyadarkan saya: Hey, ternyata saya (telah) mencintai suami saya. Saya sadar saya jatuh cinta ketika dia dengan mata yang memerah menenangkan saya, meredakan tangis saya bahkan ketika dia-pun sebenarnya ingin menangis!. Saya sadar saya jatuh cinta ketika dia mengurus saya dengan begitu baik, hampir seperti seorang ibu yang merawat anaknya. Mengurusi semua keperluan saya ketika saya harus bedrest, tanpa bantuan siapapun karena kami jauh dari keluarga dan sanak saudara. Barangkali cinta ataupun hubungan emosi akan terjalin dengan erat ketika kita melewati hal yang beratsecara bersama-sama.
Saya selalu berdoa agar Dia yang Maha Cinta memberikan keajaiban cinta-Nya kepada kami. Agar saya dan dia bisa saling jatuh cinta setiap hari, setiap nafas yang masih tersisa. Amien!
.....
Setiap orang pastilah memiliki jalan sendiri dalam menemukan pasangan hidupnya. Ada yang terjal berliku, ada yang unik dan diluar nalar manusia atau ada yang mudah. Apapun itu saya berharap bagaimanapun jalan yang anda tempuh untuk menemukannya, syukurilah dia sebagai anugerah terindah yang diberikan Sang Maha Cinta untuk anda. Bagi anda yang belum menemukannya jangan pernah putus asa, karena dia akan datang pada waktu yang tepat walau anda pikir 'mustahil' sekalipun.
Selamat mencari dan merayakan cinta!
Ah, jangankan orang lain, saya sendiripun sempat terkaget ketika saya sadar saya memutuskan menikah dengan orang yang kurang dari 6 bulan saya kenal. Dengan komunikasi yang cukup intensif dan tatap muka alias bertemu langsung sebanyak dua kali. Lebih tepatnya cuma satu kali karena pertemuan pertama ketika dia datang kerumah saya dengan keluarganya, saya cuma melihat sekilas dan tidak sempat mengingat persis wajahnya apalagi ngobrol! Dan pertemuan kedua ketika kami 'sepakat' untuk menikah namun saya ingin 'memastikan' dulu bahwa dia adalah nyata bukan orang yang hanya saya kenal suaranya saja ;)
Dan, begitulah pertemuan ketiga kami ketika sudah di kantor KUA untuk mengikuti 'semacam ceramah ataupun nasehat' dari seorang ustadz tentang bagaimana berrumah tangga. Pertemuan keempat di mesjid ketika dia mengucapkan ijab kabul dengan papa saya. Pernikahan yang sangat-sangat instan! Sayapun masih terlongong-longong ketika saksi mengucapkan sah setelah dia dan papa saya selesai melaksanakan ijab kabul. W-O-W-! Saya istri seseorang sekarang! Saya akan memasuki dunia baru dan menghabiskan insyaallah sepanjang hidup saya dengan orang yang saya sebut suami yang sama sekali belum begitu saya kenal. Bahkan wajahnya masih terasa begitu asing bagi saya. W-O-W-! Saya benar-benar tidak bisa menggambarkan perasaan saya waktu itu, takjub, tidak percaya dan masih bertanya-tanya apakah saya salah mengambil keputusan ataukah saya sedang bermimpi?!
Saya orang yang sangat percaya dengan proses maksudnya dalam setiap keputusan ataupun hal-hal besar dalam hidup saya selalu saya timbang dengan matang, begitupun dengan rencana-rencana saya semuanya berjalan dengan proses yang memakan waktu yang cukup lama tidak bisa instan! Dan satu-satunya hal yang instan dalam hidup saya adalah menikah dengannya!
Namun, saya tidak pernah menyesalinya. Saya bersyukur saya 'keluar dari jalur normal' saya ketika memutuskan menikah dengannya karena saya percaya kami menikah dengan tujuan yang sama yaitu karena kami memang ingin menikah. Bukan karena cinta, bukan karena -aku tidak bisa hidup tanpamu, ataupun hal2 sentimentil lainnya. Kami memutuskan menikah karena kami ingin melanjutkan hidup dengan seseorang yang bersedia untuk selalu memenami, mendukung dan berkompromi dalam suka dan duka.
Barangkali lantas timbul pertanyaan apakah saya mencintai suami saya? Bohong kalau saya bilang saya mencintainya, karena saya percaya cinta tidak mungkin bisa tumbuh dalam waktu yang sangat singkat 6 bulan apalagi kami cuma bertemu sekali. Tapi saya tidak bisa memungkiri kalau saya jatuh suka dengan dia. Pandangan-pandangan hidupnya, cara bicaranya, rencana-rencana masa depannya dan hal-hal lain yang tidak bisa saya jelaskan yang entah kenapa bisa membuat saya yakin kalau saya ingin menikah dengannya. Ajaib!
Bahkan, saya rela meninggalkan pekerjaan yang sangat saya cintai
(sebenarnya tidak juga karena adakalanya saya jenuh dengan pekerjaan saya yang hampir menyitua seluruh waktu dan energi yang saya punya!) dan mau berkompromi untuk ikut dengannya karena kami berdua bukanlah penganut 'menikah-jarak-jauh- yang belakangan ini sepertinya sudah merupakan hal yang biasa. Ah, bagaimana pula saya bisa menjalani -menikah dengan orang yang belum begitu saya kenal dan setelah menikah tinggal berlainan kota pula-. Alangkah rumitnya!
O,ya tidak perlu saya ceritakan bagaimana lucunya ketika pesta telah usai ;) cuma 3 hari setelah menikah saya langsung diboyong ke kota ini. Ada bagusnya juga jauh dari orang tua kami masing-masing. Kami bisa merancang sendiri rumah tangga seperti apa yang akan kami bangun. Tanpa perlu ikut campur tangan keluarga saya ataupun keluarganya. Bukannya menepikan arti keluarga besar tapi untuk urusan yang satu ini kami sepakat untuk mandiri dan berangkat dari nol :). Alhamdulillah menemukan orang sepertinya untuk merancang masa depan.
Sekarang pernikahan kami sudah berjalan hampir 8 bulan, selama itu alhamdulillah semuanya berjalan lancar dan lebih banyak lucunya. Ah, barangkali seperti pacaran setelah menikah ;) Dan seperti proses yang selalu saya yakini ternyata cinta bisa tumbuh karena kebersamaan. Bersama melewati masa-masa pengenalan pribadi masing-masing, kebiasaan-kebiasaan masing-masing, dan bersama melewati saat-saat yang berat dalam pernikahan kami.
Oh, ya saya hampir 'menjadi' seorang ibu dan kami hampir menjadi orang tua namun ternyata Allah punya encana lain. Beberapa hari sebelum ulang tahun kami berdua yang sama-sama jatuh pada bulan Juli kemarin calon bayi kami terpaksa diangkat karena 'kurang baik' menurut dokter. Ah, kado yang yang sangat spesial dari Allah. Kami terpuruk dalam kesedihan namun tidak larut. Toh, lewat 'kado spesial' itu Allah membukakan hati dan menyadarkan saya: Hey, ternyata saya (telah) mencintai suami saya. Saya sadar saya jatuh cinta ketika dia dengan mata yang memerah menenangkan saya, meredakan tangis saya bahkan ketika dia-pun sebenarnya ingin menangis!. Saya sadar saya jatuh cinta ketika dia mengurus saya dengan begitu baik, hampir seperti seorang ibu yang merawat anaknya. Mengurusi semua keperluan saya ketika saya harus bedrest, tanpa bantuan siapapun karena kami jauh dari keluarga dan sanak saudara. Barangkali cinta ataupun hubungan emosi akan terjalin dengan erat ketika kita melewati hal yang beratsecara bersama-sama.
Saya selalu berdoa agar Dia yang Maha Cinta memberikan keajaiban cinta-Nya kepada kami. Agar saya dan dia bisa saling jatuh cinta setiap hari, setiap nafas yang masih tersisa. Amien!
.....
Setiap orang pastilah memiliki jalan sendiri dalam menemukan pasangan hidupnya. Ada yang terjal berliku, ada yang unik dan diluar nalar manusia atau ada yang mudah. Apapun itu saya berharap bagaimanapun jalan yang anda tempuh untuk menemukannya, syukurilah dia sebagai anugerah terindah yang diberikan Sang Maha Cinta untuk anda. Bagi anda yang belum menemukannya jangan pernah putus asa, karena dia akan datang pada waktu yang tepat walau anda pikir 'mustahil' sekalipun.
Selamat mencari dan merayakan cinta!
that is ssoooooooo sweeeeeettttt
BalasHapussumpah, gw nangis baca ini :)