Jumat, 20 Januari 2012

untitled

Baiklah, gw mau rutin ngeblog lagi *emang siapa yang mau baca?* hehehe. Pokoknya mau ngeblog lagi. Titik! Walau mungkin kebanyankan berisi curcol khas emak-emak beranak satu, yang 'hanya' ngurusin rumah tangga saja. Kedengarannya membosankan sekali ya? Hahhaha gapapa lah :D

Sebagai perempuan yang dulunya pernah bekerja a.k.a wanita karir dan juga punya segudang kesibukan lainnya, sempat bergaul dengan orang-orang 'hebat kreatif dan luar biasa', ide untuk menjadi ibu rumah tangga terdengar sedikit mengerikan. Awal-awal nya sih iya, gw tertekan merasa gak berarti dan segudang emosi negatif lainnya, tapi seiring berjalannya waktu semua perasaan itu hilang begitu saja.

Realistis aja deh kalo gw tetap bertahan kerja berarti gw bakal jalanin pernikahan jarak jauh ama suami dan jujur gw gak sanggup, trus mencari kerja disini setelah menikah juga susahnya minta ampun, dimana-mana umumnya kan perusahaan mencari yang masih singel, alhasil yah jadi ibu rumah tangga aja sambil waktu itu konsentrasi untuk punya anak *sebelumnya sempat di kuret* See? awal-awal pernikahan emang gak memungkinkan bagi gw untuk kembali berkarir di kantor.

Setelah punya anak juga sami mawon, malah tambah repot. Ninggalin anak sama pengasuh dan bekerja? Di kota antah berantah ini yang gw gak kenal siapapun selain suami gw, rasanya gw ga bisa mempercayai siapapun untuk mengurus bayi. Oke mungkin untuk saat ini gw emang jadi ibu rumah tangga aja, walaupun gw masih terus membangun mimpi2 dan rencana untuk tetap bisa bekerja. :)

Nah, dimulai lah pengalaman2 seru gw sebagai emak-emak muda beranak satu dan tidak bekerja. Bergaul dengan tetangga yang juga 'bernasib' sama, ibu rumah tangga. Yah, apalagi yang diobrolin selain kebiasaan anak, gimana makannya, gimana perkembangannya, kebiasaan suami bla bla bla, walaupun gw lebih sering sebagai pendengar daripada pihak yang bercerita.

Di tempat lama, gw ga begitu suka bergaul dengan mereka, bukannya apa-apa tapi gak ada positifnya. Tetangga gw sukanya ngerumpi gak jelas, gosipin si anu, buka aib si A, malah juga ceritain keburukan suami. Maka jadilah gw dianggap 'sombong' oleh mereka karena gak pernah ngumpul, keluar rumah juga kalau ada keperluan saja. Disana juga para tetangga tipikal senenag liat orang susah, susah liat orang senang. Kita beli ini, itu kadang di iriin. Atau kadang baik baik in kita dan ujung-ujungnya minjam duit, bukannya kita pelit tapi siapa yang mau minjamin duit dan duitnya gak dibayar dan pura-pura lupa? Asem dah, kita kan bukan pohon duit? Jadi begitulah, karena udah ga tahan lagi tinggal disana jadilah kami pindah. Dan ditambah lagi tetangga pas di depan rumah hobi banget berantem suami istri, trus anak dan ibu, menantu dan ipar. Ribet ya? Ya iyalah mereka tinggal beranak pinak disana, rame banget.

Awal Desember akhirnya kami resmi pindah dengan harapan disini jauh lebih baik daraipada disana. Gw bisa bertetangga, Dafi bisa ada temennya dan yang paling penting lingkungan juga kondusif. Alhamdulillah sejauh ini semua berjalan lancar dan sesuai harapan.

Mungkin negatifnya adalah, anak-anak disini (maaf) gak diurus dengan begitu telaten dan baik sama ibu mereka. Makan sembarangan, jajan ini itu, sampai-sampai gw ga habis pikir kok tega banget sih ngasih anak batita makanan instan? Mudah2an anak gw gak ikut2an suka jajan kaya teman2nnya disini. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar