Selasa, 23 Maret 2010

menjelang setahun kita..

Kalau dipikir-pikir saya ini tipe manusia yang banyak mengeluh dan tidak pernah puas. Saya masih ingat beberapa tahun lalu ketika saya begitu kerepotan dengan semua kesibukan saya. Kerja kantoran dari pagi sampai sore, akhir pekan yang juga masih lembur dan kerja sampingan di tempat lain. Saya mengeluhkan kenapa waktu cuma tersedia 24 jam sehari semalam? Kehidupan sosial saya agak terganggu, saya tidak punya waktu untuk bersosialisasi, bertemu orang-orang baru atau sedikit meluangkan waktu untuk kehidupan pribadi saya. Saya sempat mengangankan suatu saat saya harus berhenti, dan ingin punya waktu lebih banyak untuk diri saya sendiri.

Ketika akhirnya memutuskan menikah, saya benar2 berada di titik jenuh kehidupan rutin saya. Saya mumet dengan pekerjaan dan kehidupan saya yang monoton, saya lelah dengan pergumulan di hati yang tidak kunjung berkesudahan. Saya merasa saya melihat celah untuk bisa keluar dan bebas dari semua ketidaknyamanan hidup saya dan memulai kehidupan baru.

Saya pikir ketika itu saya sudah memikirkan dengan matang dan bisa menerima semua konsekuensi dari keputusan saya itu. Tapi ketika menjalaninya ternyata begitu sulit. Saya bisa menerima kenyataan saya sudah menjadi istri sekarang, saya bisa menyesuaikan diri dengan pasangan karena kami punya komitmen yang jelas dan bersedia untuk tumbuh dan berkembang bersama-sama. Sejauh ini hubungan saya dengan pasangan cukup harmonis dan tidak ada kendala yang berarti. Tapi saya kesulitan untuk bisa berkompromi bahwa sekarang saya punya waktu luang yang begitu banyak. Saya kagok, ketika membiasakan diri menganggur. Saya bingung ketika saya tidak melakukan kesibukan apa-apa. Saya tidak bisa menganggur, karena sejak kuliah sampai empat tahun setelah tamat saya selalu sibuk.

Jujur saya kesepian, saya akhirnya memutuskan untuk kembali bekerja. Dan tahu sendiri mencari pekerjaan itu tidak gampang, apalagi dengan status ‘menikah’ yang sekarang saya sandang makin memsempit kesempatan untuk bisa bersaing dengan para pencari kerja yang lain.

Saya bersyukur dengan kehamilan ini, tapi otomatis saya tidak mungkin lagi untuk mencari lowongan kerja dengan perut membuncit ini. Saya masih bisa mengisi waktu saya dengan siaran di salah satu radio swasta. Tapi dengan jadwal yang begitu fleksibel, waktu luang yang tersisa masih cukup banyak dan saya menghabiskan waktu itu sendiri. Sendiri saja. Bukannya tidak mau bersosialisasi dengan tetangga, namun tetangga saya adalah ibu-ibu rumah tangga yang sibuk ngurusin anak dan rata-rata mereka sudah berumur 10-15 tahun diatas saya, rasanya tidak nyambung bergaul dengan mereka, belum lagi terkendala bahasa *OK, OK ngaku, saya bukan tipikal orang yang suka bertamu kerumah orang lain*

Kasihan Uda, dia harus benyak bersabar mengahadapi saya yang sering uring-uringan. Tiap sebentar merajuk pengen pulang kampung. Kasihan Uda, capek-capek pulang kerja kadang disambut muka saya yang manyun dan mengeluh kesepian. Padahal dia tidak pernah membatasi saya, mau kerja, siaran atau mau kemanapun terserah asal bisa membuat saya senang. Kasihan Uda, yang sering serba salah ketika supermellow saya kumat dan semua hiburan serta usahanya untuk menenangkan saya tidak berhasil. Padahal ini bukan salahnya. Ini salah saya yang belum bisa berdamai dengan keadaan.

Bukankah saya seharusnya bersyukur? Saya yang amburadul dan banyak maunya ini didampingi orang supersabar seperti dia? Uda tidak pernah menuntut agar saya bisa mejadi istri yang sempurna. Keluhan, omelan dan sikap tidak sabaran saya hanya disikapi dengan senyum dan hati yang dingin. Uda, memang bukan suami yang sempurna tapi saya tahu dia melakukan tugas dan kewajibannya dengan begitu baik dan penuh tanggung jawab. Mungkin banyak lelaki hebat dan baik diluar sana, tapi belum tentu ada yang bisa menerima dan memahami saya sebaik Uda.

Tidak banyak yang bisa saya katakana, saya hanya ingin bisa berdamai dengan kehidupan baru saya dan bisa melakukan tugas dan kewajiban saya sebagai istri yang baik.

Setahun sudah, dan tahun pertama pernikahan kata orang memang berat. Alhamdulillah sudah terlewati, semoga tahun-tahun berikutnya semakin bertumbuh dan berkembang dengan baik..Amien!